DENPASAR, Jarrakposbali.com – Kemitraan antara Kazakhstan dan Indonesia, khususnya Bali, kian erat dengan fokus memperkuat kerja sama di bidang ekonomi dan pariwisata. Salah satu langkah yang kini tengah diperjuangkan adalah penerbangan langsung (direct flight) dari Kazakhstan menuju Bali, yang diyakini dapat mendongkrak kunjungan wisatawan serta membuka peluang investasi lebih luas di Pulau Dewata. Komitmen tersebut mengemuka dalam acara Table Round Business Meeting Kazakhstan – Bali, Exploring Business, Investment, and Tourism Opportunity yang berlangsung di Fairfield by Marriott Hotel, Badung, pada Rabu (10/12). Pertemuan ini dihadiri oleh sejumlah pelaku industri pariwisata dan bisnis dari kedua negara, termasuk perwakilan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bali, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bali, Bali Tourism Board, serta anggota ASITA Bali. Konsul Kehormatan Kazakhstan di Bali, I Putu Winastra, menyambut baik peluang-peluang kerjasama ini, ditambah tren kunjungan wisatawan asal Kazakhstan ke Bali terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. “Sebagai konsul kehormatan yang ada di Bali, hari ini kami mengundang para leader dari beberapa stakeholder di mana kami bisa menyampaikan potensi-potensi bisnis yang ada di Kazakhstan yang bisa diambil peluangnya oleh leader asosiasi di Bali. Sehingga dapat menjalin kerja sama tidak hanya di bidang pariwisata tetapi juga ekonomi, perdagangan, hingga wellness,” jelasnya. Menurut Winastra, saat ini Kazakhstan dan Indonesia tengah menjajaki kerja sama strategis agar kelak dapat terwujud penerbangan langsung ke Bali. Upaya ini terinspirasi dari keberhasilan negara-negara lain seperti Thailand dan Vietnam yang telah lebih dulu membuka jalur penerbangan serupa dengan Kazakhstan dan mengalami lonjakan kunjungan wisatawan. “Selama ini wisatawan dari Kazakhstan spending money-nya (daya beli) cukup besar dan length of stay-nya bisa sampai 10 hari. Jadi ini tentu membawa manfaat besar untuk industri lokal seperti hotel, restoran, hingga transportasi pariwisata,” tutur Winastra yang juga menjabat sebagai Ketua ASITA Bali. Selain memperjuangkan direct flight, Winastra mengungkapkan bahwa pihaknya juga tengah mengupayakan bebas visa (free visa) bagi warga Kazakhstan yang berkunjung ke Bali. Saat ini, warga Indonesia sudah dapat menikmati fasilitas bebas visa ke Kazakhstan hingga 30 hari untuk keperluan wisata, bisnis, atau kunjungan singkat, sedangkan warga Kazakhstan yang ke Indonesia masih dikenakan Visa on Arrival (VoA). “Kami sedang berupaya agar ada free visa, karena memang negara Kazakhstan dan Indonesia ini sudah ada perjanjian reciprocal. Dimana di perjanjian itu kan diberikan kemudahan free visa. Orang Indonesia ke Kazakhstan itu free visa, tapi orang Kazakhstan ke Bali masih kena Visa on Arrival. Nah ini yang mungkin kita dorong agar perjanjian reciprocal ini bisa diimplementasikan dengan baik,” tegasnya. Dalam forum tersebut, Winastra juga menyoroti peluang kerja sama lainnya seperti pertukaran pelajar, investasi, ekspor-impor, hingga kolaborasi di bidang hospitality. Ia menyebut Kazakhstan kini sedang memperluas keterbukaannya terhadap dunia bisnis internasional dengan memangkas puluhan regulasi perdagangan, sehingga dapat memberi kemudahan bagi pemilik usaha yang berkecipung di dunia ekspor ke luar negeri. “Ada sebuah perjanjian antara negara-negara di Eurasia bahwa Kazakhstan memangkas 50 jenis aturan sehingga orang di sana yang impor dari negara lain akan semakin mudah. Nah, ini akan menjadi peluang bisnis buat teman-teman yang bergerak di bidang ekspor ke luar negeri,” tambahnya. Sementara itu, Duta Besar Kazakhstan untuk Indonesia, Serzhan Abdykarimov, menegaskan bahwa pihaknya sangat menyambut baik langkah-langkah kolaboratif ini. Ia menilai, memperjuangkan penerbangan langsung antara Kazakhstan dan Bali merupakan langkah strategis untuk mempererat hubungan kedua negara dalam berbagai sektor. “Ada beberapa poin yang saya ingin beri sebagai masukan. Pertama, mengadakan direct flight dari Kazakhstan ke Bali. Kedua, memperkenalkan free visa untuk warga Kazakhstan ke Bali hingga 30 hari. Ketiga, melakukan pelatihan bersama di bidang hospitality dan industri kreatif. Serta menggelar misi bisnis dan tourism roadshow di kedua negara,” ujarnya. Menurutnya, implementasi dari berbagai inisiatif ini memerlukan komitmen kuat dari kedua belah pihak agar manfaatnya dapat dirasakan secara luas. “Realisasi dari perjanjian ini tentu akan membutuhkan komitmen dan memastikan seluruh pihak mendapatkan manfaatnya,” ujar Serzhan menegaskan. Pertemuan ini menjadi langkah penting dalam memperkuat jembatan hubungan antara Indonesia dan Kazakhstan, tidak hanya di tataran diplomasi, tetapi juga dalam praktik ekonomi nyata. Bila upaya direct flight dan free visa ini berhasil diwujudkan, Bali berpotensi menjadi pintu utama bagi wisatawan Asia Tengah, sekaligus membuka babak baru kerja sama ekonomi lintas benua. (Rd)