IBUKOTAKINI.COM - Saat matahari tenggelam di ufuk barat Balikpapan, aroma kopi dan sate bakar masih menguar di sudut Jalan Jenderal Sudirman. Proyek raksasa Refinery Development Master Plan (RDMP) Pertamina Balikpapan mesin penggerak ekonomi kota. “Selama proyek RDMP berjalan, ekonomi kota ini menggeliat. Hotel penuh, restoran ramai, kafe tak pernah sepi,” kata Sugianto, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan, Jumat (31/10/2025).Menurutnya, ribuan tenaga kerja baik lokal maupun asing menjadi penggerak roda ekonomi Balikpapan. Mereka makan, minum, nongkrong, dan menginap. “Sebelum masuk kerja, mereka sarapan di warung, sepulang kerja nongkrong di kafe. Ada yang makan malam di restoran besar, ada yang kulineran di kaki lima. Semua ikut kecipratan rezeki,” katanya.Sejak dimulainya RDMP Balikpapan pada 2018, geliat usaha kecil menengah meningkat tajam. Restoran tumbuh bak jamur di musim hujan. Hotel bintang tiga hingga lima mencatat okupansi tinggi. Bahkan, usaha pencucian mobil, laundry, hingga penjual pulsa ikut merasakan dampaknya.Di kawasan Sepinggan dan Balikpapan Selatan, kafe-kafe modern bermunculan. Banyak di antaranya buka hingga dini hari, melayani karyawan proyek yang baru pulang shift malam. “Waktu itu, kalau datang jam sembilan malam, bisa sulit dapat tempat duduk,” kenang Sugianto.Ketua PHRI Balikpapan - SugiantoPara ekspatriat dari Korea Selatan, Jepang, dan Tiongkok yang bekerja untuk subkontraktor RDMP menjadi pelanggan setia hotel dan restoran lokal. Mereka menghabiskan akhir pekan dengan berwisata kuliner, berbelanja, atau bermain golf di kawasan Batakan dan Lamaru. “Rombongan dari Korea itu kalau main golf bisa dua bus sekali jalan. Bayangkan berapa banyak uang yang berputar setiap akhir pekan,” imbuh Sugianto.Namun, ketika pembangunan fisik RDMP Balikpapan kini hampir rampung dan fasilitas utama mulai masuk tahap uji operasi, kekhawatiran muncul.“Kalau nanti proyek selesai dan para pekerja pulang, dampaknya akan terasa. Okupansi hotel turun, pendapatan restoran dan kafe juga pasti berkurang,” ujar Sugianto.PHRI Balikpapan memperkirakan potensi penurunan pendapatan sektor perhotelan dan restoran bisa mencapai 30–40 persen dalam enam bulan pertama pasca proyek selesai. RDMP Masuki Tahap Pengujian RFCCPT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) memastikan bahwa RDMP kini memasuki tahap krusial: pengujian fasilitas utama Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC). Tahap ini menandai kesiapan Balikpapan menuju era baru energi nasional.“Fasilitas pengolah air laut, udara, dan pendingin sudah kami uji. Semua berjalan sesuai rencana,” jelas Vice President Legal & Relation PT KPB, Asep Sulaeman.Sejumlah fasilitas pendukung kini berhasil melewati tahap uji coba (commissioning) dan awal pengoperasian (start-up), menandai kesiapan sistem utilitas kilang dalam mendukung transformasi energi nasional serta memperkuat pasokan BBM dan Non-BBM dalam negeri.Asep Sulaeman, menjelaskan bahwa keberhasilan pengoperasian fasilitas ini menjadi tonggak penting menuju kesiapan operasi kilang modern Pertamina. RDMP Balikpapan bukan proyek kecil. “Kilang ini akan meningkatkan kapasitas produksi BBM nasional dari 260 ribu menjadi 360 ribu barel per hari. Proyek senilai puluhan triliun rupiah ini juga menjadi bagian dari strategi kemandirian energi Indonesia,” tukasnya. ***