“Kami ingin menjaga agar menu lokal tetap hadir di restoran dan hotel, contohnya Lawar atau megibung. Di Griya Santrian misalnya, setiap minggu ada event megibung untuk wisatawan. Jadi kuliner tradisional tetap dipertahankan,” jelasnya. Ia menegaskan bahwa komunitas ini tidak berfokus pada persaingan, melainkan sinergi.  Para anggota kerap berbagi informasi bahan baku, supplier, hingga inovasi menu. “Sanur tidak hanya untuk jogging atau menikmati pantai pagi, tetapi juga harus menjadi destinasi kuliner. Apalagi setelah pandemi, pengunjung Sanur semakin beragam, ditambah tren digitalisasi dan media sosial yang sangat berpengaruh dalam mempopulerkan kuliner,” jabarnya. Dengan hadirnya Sanur Chef Community, harapannya kawasan Sanur tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata budaya dan pantai, tetapi juga sebagai pusat kuliner Bali yang mampu bersaing di kancah internasional, sekaligus memberi ruang lebih besar bagi UMKM lokal untuk tumbuh.  "Dulu Sanur tempat istirahat expatriat 50 tahun ke atas, sekarang ramai usia muda, digitalisasi juga luar biasa, sekarang banyak tempat nongkrong makanan kekinian maupun tradisional ada di sini," pungkasnya. Kumpulan Artikel Denpasar