Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Hotel-hotel di Cikarang Berencana Tutup meski Jumlah Wisatawan Meningkat

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI mencatat sebagian hotel di Cikarang, Jawa Barat, menghentikan operasional pada Agustus. Padahal jumlah wisatawan dalam negeri maupun asing meningkat.Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat tingkat penghunian kamar hotel susut 1,55 poin secara bulanan dan 3,23 poin secara tahunan menjadi 36,89% pada Agustus. Padahal, menurut Ketua Umum PHRI Haryadi Sukamdani, okupansi biasanya meningkat pada Semester II atau Juli – Desember.Penurunan okupansi terjadi ketika jumlah wisatawan meningkat. Jumlah kunjungan turis dalam negeri naik 19,71% secara tahunan alias year on year (yoy) menjadi 807,55 juta perjalanan. Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur berkontribusi 47%.Jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia juga mencapai 10,03 juta selama Januari - Agustus. Kementerian Pariwisata atau Kemenpar optimistis target 14,5 juta – 15 juta sepanjang tahun ini bisa tercapai."Kami menduga (penurunan okupansi hotel) ini dipengaruhi daya beli yang sangat besar," kata Haryadi di Gedung Kementerian Pariwisata, Senin (6/10).Imbas penurunan okupansi pada Agustus, sebagian hotel di Cikarang menghentikan operasional. “Perlu diingat, Cikarang lokasinya sangat dekat dari Jakarta dan merupakan kawasan industri,” ia menambahkan.Haryadi menyampaikan penyusutan okupansi hotel di Cikarang membuat sebagian pengusaha di sektor ini berencana gulung tikar dan menjual aset. Sebab, ia mendapatkan informasi bahwa pengusaha manufaktur juga mengurangi biaya perjalanan selama Januari - Agustus.Berdasarkan data BPS, tingkat okupansi hotel berbintang di Jawa Barat susut hampir 3,77 poin secara bulanan menjadi 45,75%. Tingkat hunian hotel non-bintang juga turun hampir satu poin menjadi 21,76%.Secara keseluruhan, tingkat okupansi hotel berbintang 47,26% selama Januari – Agustus dan non-bintang 24,75%. Hanya satu provinsi yang memiliki okupansi di atas 60% pada Agustus, yakni Bali 69,54%.PHRI menargetkan okupansi sepanjang tahun ini sama dengan 2024 yakni 52,63% untuk hotel berbintang dan 26,67% untuk hotel non-bintang.Haryadi optimistis okupansi hotel melonjak pada kuartal terakhir atau saat musim libur Natal dan Tahun Baru. Namun lonjakan ini diperkirakan terbatas di kawasan pariwisata populer, seperti Bali, Yogyakarta, Solo, dan Bandung.“Kalau daerahnya tidak menjadi top of mind destinasi wisata masyarakat, kenaikan okupansi hotel tidak begitu besar," ujar dia. Reporter: Andi M. Arief