Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Bos PHRI Bidik Okupansi Hotel Stabil saat Libur Nataru

Bisnis.com, JAKARTA — Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengungkapkan proyeksi okupansi hotel menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru), di tengah tren penurunan yang terjadi hingga pertengahan 2025. Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani menyampaikan bahwa pengusaha berekspektasi dapat mempertahankan okupansi hotel di tengah momentum tersebut, meskipun tak menampik bahwa tren penurunan terjadi dalam beberapa waktu terakhir. “Ekspektasi kita minimal sama dengan tahun lalu, mudah-mudahan bisa lebih. Memang kalau kita melihat periode Juli, Agustus, September, trennya turun. Yang mana itu agak anomali, sih, biasanya semester dua itu lebih bagus,” kata Hariyadi saat ditemui di Kantor Kemenpar, Jakarta Pusat, Senin (6/10/2025). Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa penurunan daya beli menjadi faktor utama yang menyebabkan penurunan tingkat penghunian kamar (TPK) atau okupansi hotel. Hariyadi mengungkapkan bahwa PHRI menangkap fenomena tersebut terjadi di berbagai daerah Tanah Air. Dia lantas mencontohkan tren yang terjadi di perhotelan kawasan industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Menurutnya, sejumlah hotel terpaksa menghentikan operasional hingga mempertimbangkan untuk melego bisnisnya karena tingkat kunjungan wisatawan yang menurun.Baca JugaBos PHRI Blak-blakan Banyak Hotel Tutup & Dijual, Ini Biang Keroknya!Tingkat Hunian Hotel Kaltim Agustus Turun ke 52,54% saat Kunjungan Wisman MelonjakTren Okupansi Hotel Masih Turun, Kemenpar Kaji Stimulus buat Pengusaha Di samping faktor daya beli, pengurangan anggaran pemerintah hingga penyesuaian operasional industri juga mempengaruhi okupansi penginapan di sekitarnya. “Itu juga kita heran, kenapa ya? Di sana kan daerah industri, tetapi ya impact-nya begitu, luar biasa. Impact memang ada satu, dari anggaran pemerintah yang dipotong itu ada pengaruh. Tapi yang kedua itu industri. Ternyata industri itu juga mengurangi budget termasuk vendornya, vendornya industri itu juga banyak yang mengurangi kunjungan,” ujar Hariyadi. Menurutnya, hal ini menjadi menarik untuk dicermati, meskipun PHRI berharap agar situasi ini tak berlangsung lama. Dia pun menyimpulkan bahwa tingkat okupansi hotel yang sama dengan tahun lalu akan tetap menjadi capaian bagus apabila dipertahankan pada Nataru tahun ini. Sebelumnya, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyebut bahwa kondisi okupansi hotel yang tercermin dari tingkat penghunian kamar (TPK) mulai membaik secara nasional. Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana memaparkan bahwa okupansi hotel yang mengalami tren negatif pada paruh pertama tahun ini dipengaruhi oleh pergeseran pola wisatawan yang cenderung memilih opsi akomodasi lain seperti vila. “Ini yang sedang kami rapikan dan tertibkan. Vila-vila itu banyak sekali yang tidak terdaftar dan tidak membayar pajak,” kata Widiyanti saat ditemui Bisnis usai Rapat Paripurna DPR RI di Jakarta, Kamis (2/10/2025). Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat penghunian kamar (TPK) atau okupansi hotel klasifikasi bintang melanjutkan tren negatif pada Juli 2025.  Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan bahwa TPK hotel bintang pada Juli 2025 mencapai 52,79% atau mengalami peningkatan secara bulanan (month to month/MtM), tetapi mengalami penurunan secara tahunan sebesar 3,57% poin. Menurutnya, penurunan okupansi tersebut memang berlanjut, tetapi tidak sedalam Juni 2025 yang kontraksi sebesar 4,71% year-on-year (YoY). Kondisi serupa juga terjadi pada TPK hotel nonbintang yang mengalami penurunan sebesar 1,42% YoY pada Juli 2025. “Secara umum, hampir seluruh provinsi mengalami peningkatan TPK Hotel Bintang pada bulan Juli 2025 dibandingkan dengan Juni 2025,” jelas Pudji dalam konferensi pers, Senin (1/9/2025). Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel