JAKARTA, KOMPAS — Industri pariwisata Bali berpotensi merugi hingga miliaran rupiah akibat banjir bandang yang melanda sejumlah lokasi di Bali. Di luar itu, bencana itu mempertaruhkan citra Bali sebagai surga pariwisata dunia. Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Perry Markus saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (11/9/2025), mengatakan, aktivitas masyarakat di Bali mulai berjalan normal seiring surutnya banjir. ”Hanya saja, di beberapa akomodasi yang kemarin terdampak sedang dilakukan pembersihan di area tertentu properti mereka. Daerah lain yang tidak terdampak tetap berjalan seperti biasa, seperti Nusa Dua, Jimbaran, nihil,” ujar Perry. Hampir 70 persen penginapan, lanjutnya, terkonsentrasi di Kabupaten Badung. Di kawasan itu setidaknya dua kawasan wisata terdampak, yakni Legian dan Canggu.Dia menambahkan, terdapat sejumlah wisatawan yang pada Rabu (10/9/2025) harus dievakuasi menggunakan perahu karet saat menuju ke Bandara I Gusti Ngurah Rai. Hal itu dilakukan karena jalanan di depan hotel tempat mereka menginap terendam banjir. Setelah melewati jalanan yang terendam, mereka dapat diantar menggunakan mobil.Banjir melanda Bali pada Selasa (9/9/205) sekitar pukul 23.15 Wita setelah hujan turun dengan lebat. Banjir melanda beberapa wilayah, yakni Gianyar, Tabanan, Klungkung, Jembrana, Badung, dan Kota Denpasar. Berdasarkan data terakhir Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bali, total 14 korban meninggal dan dua korban hilang (Kompas.id, 11/9/2025).Selain memakan korban jiwa, musibah ini juga mengakibatkan kerusakan infrastruktur. Banyak jalanan yang terendam air sehingga aktivitas lumpuh. Ketinggian air di Gianyar, misalnya, mencapai 40 sentimeter.Sejauh ini, PHRI Bali belum menerima laporan tamu yang membatalkan atau mengubah jadwal (reschedule) tinggal di hotel-hotel di Bali. Proyeksi kerugian akibat bencana banjir pun belum dapat disampaikan.”Estimasi kerugian masih didata untuk menghitung dampak kerugian yang ada. Saat ini, belum bisa disebutkan dalam angka. Penghitungan nanti akan mencakup orang-orang yang bahkan tidak bisa beraktivitas, seperti mencari makan dan minum, karena jalan terputus,” tutur Perry.Meski demikian, memperkirakan bahwa nilai kerugiannya tembus miliaran rupiah. Sebab, potensi kerugian (potential lost) dari tiap kegiatan masyarakat dan wisatawan, sesederhana apa pun, juga akan dihitung.PHRI Bali telah meyakinkan para agen perjalanan berskala global bahwa situasi Bali sudah membaik. Wisatawan diharapkan tidak khawatir pergi ke Bali seperti rencana yang telah disusun. Otoritas bandara juga telah berkoordinasi dengan maskapai penerbangan untuk mengantisipasi dan mengakomodasi penumpang yang membutuhkan penjadwalan ulang perjalanan.Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) sejauh ini juga belum menerima keluhan atau pembatalan perjalanan dari wisatawan meski beberapa resor di Canggu terdampak banjir.Dalam kondisi bencana alam yang tergolong kejadian luar biasa (force majeure), biasanya agen perjalanan akan mengubah rute atau menyesuaikan kembali jadwal. Sebab, keselamatan dan kenyamanan wisatawan merupakan prioritas.Terkait antisipasi pengaturan perjalanan, Communication and Legal Division Head Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Gede Eka Sandi, menjelaskan, bandara tetap beroperasi normal sejak Rabu (10/9/2025). Manajemen PT Angkasa Pura Indonesia bekerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk memitigasi dampak banjir. Langkah yang diambil antara lain menambah fasilitas kursi penumpang, mengatur personel pelayanan terminal, serta mengimbau calon penumpang untuk tiba di bandara lebih awal.”Imbauan yang sama telah disampaikan pula oleh pihak maskapai sehingga calon penumpang dapat menghitung waktu yang dibutuhkan menuju bandara. Kami juga telah berkoordinasi dengan semua maskapai untuk mengantisipasi calon penumpang yang terlambat dan butuh reschedule,” tutur Eka.Guna memenuhi kebutuhan moda transportasi bagi penumpang yang baru mendarat di Bali, pihak bandara telah berkoordinasi dengan pengelola transportasi darat bandara. Ketersediaan kendaraan diatur ketika terjadi kemacetan di banyak ruas jalan dari dan menuju bandara.”Hari ini (Kamis) cuaca sangat cerah. (Aktivitas) Operasional bandara berjalan dengan normal. Kondisi sekitar bandara juga aman,” kata Eka.Pertaruhan citra pariwisataPakar strategi pariwisata nasional Taufan Rahmadi berpendapat, banjir bandang yang terjadi di Bali merupakan cerminan bagaimana banyak orang memperlakukan Bali. Pembangunan pariwisata yang masif, tanpa perencanaan tata ruang kuat, mengurangi mitigasi bencana yang seharusnya diintegrasikan.Sementara itu, pariwisata Bali bertumpu pada alam dan budaya. Alhasil, ketika kedua aspek itu rusak, maka bukan hanya masyarakat lokal yang merugi, tetapi juga sektor pariwisata yang sudah terbangun.”Prioritasnya bukan hanya mengejar investasi, tetapi memastikan Bali tetap aman ditinggali dan dikunjungi. Pariwisata yang sukses seharusnya tidak mengorbankan keselamatan warga dan kelestarian alam,” ujar Taufan.Citra Bali sebagai destinasi pariwisata dapat luntur tanpa keseimbangan kelestarian alam dan budayanya. Destinasi perlu menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi wisatawan. Jika tidak, bukan tidak mungkin Bali ditinggalkan.Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani menyoroti perencanaan tata ruang Bali dan fasilitas serapan air. ”Bali itu memang perencanaan tata ruangnya harus diseriusi, termasuk fasilitas (serapan) air tanah harus diatasi juga. Hal seperti ini harus diantisipasi karena cuaca, kan, peringatan juga. Bagaimana jadinya jika terjadi saat peak season? Apa enggak makin kelabakan?” ujar Hariyadi.Menurut Direktur Rujak Center for Urban Studies Elisa Sutanudjaja, banjir di Bali pada Rabu lalu serupa dengan musibah yang terjadi di Jakarta pada 1 Januari 2020. Hujan ekstrem terjadi dalam waktu singkat tanpa peringatan. Krisis iklim mengakibatkan hujan makin sulit diprediksi. Hal ini sekaligus menunjukkan kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah.