YOGYAKARTA, KOMPAS — Cuti bersama yang ditetapkan pemerintah pada 18 Agustus 2025 belum signifikan mendongkrak kunjungan wisatawan ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi ini tecermin dari landainya okupansi hotel di daerah wisata tersebut.Hal tersebut diungkapkan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranowo Eryono, Senin (18/8/2025). ”Libur tambahan untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI tahun ini tidak berpengaruh signifikan dalam meningkatkan okupansi hotel,” ujarnya.Dia menjelaskan, peningkatan okupansi hanya dirasakan hotel-hotel di wilayah tengah Kota Yogyakarta yang dekat dengan kawasan Malioboro. Kawasan itu selama ini menjadi destinasi populer bagi wisatawan.Namun, Deddy menyebut, peningkatan okupansi hotel-hotel di kawasan itu selama periode libur HUT Kemerdekaan RI pun tidak terlalu siginifikan. Periode libur terhitung sejak Sabtu hingga Senin (16-18/8/2025) atau selama tiga hari.”Rata-rata okupansi hotel di kawasan tersebut sebelumnya berkisar 20-40 persen sekarang menjadi 40-60 persen. Di luar kawasan itu, okupansi hanya mencapai 15-30 persen,” ujarnya.Deddy mengutarakan, pihaknya semula berharap tambahan libur satu hari ini bisa mendongkrak kunjungan wisatawan ke semua wilayah di DIY sehingga berkorelasi positif terhadap okupansi hotel. ”Tadinya ekspektasi kami ada kenaikan okupansi di semua wilayah, tetapi rupanya meleset,” katanya.Padahal, wisatawan, kan, biasanya merencanakan liburan sejak jauh hari sebelumnya.Dia pun menduga hal ini disebabkan gelaran event perayaan HUT Kemerdekaan RI di Yogyakarta hanya terpusat di kawasan Malioboro, tidak menyebar ke wilayah lain. Ada pula faktor kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat yang masih lesu.Selain itu, Deddy menyebut, pengumuman penetapan 18 Agustus 2025 sebagai libur cuti bersama juga terlalu mendadak. Pemerintah mengumumkan penetapan libur tersebut pada 1 Agustus 2025.Menurut Deddy, waktu pengumuman yang mepet itu membuat masyarakat tak cukup waktu menyiapkan diri untuk berpergian ke luar kota. ”Padahal, wisatawan, kan, biasanya merencanakan liburan sejak jauh hari sebelumnya. Ini terkait alokasi waktu dan dana,” ujarnya.Karena itu, dia pun berharap, jika tahun depan kebijakan tambahan libur untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI kembali diterapkan, pemerintah dapat mengumumkannya lebih awal. ”Paling tidak enam bulan sebelumnya sudah diumumkan agar wisatawan bisa menyiapkan diri. Ini dampaknya akan sangat besar bagi dunia pariwisata secara umum,” ujar Deddy.Landainya kunjungan wisatawan juga dirasakan para operator jip wisata lava tour di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Sleman, DIY. ”Tidak ada peningkatan, masih biasa-biasa saja,” ujar Ketua Asosiasi Jip Wisata Lereng Merapi (AJWLM) Wilayah Barat Dardiri.Dia mengatakan, saat ramai kunjungan wisatawan, satu jip bisa melayani lebih dari 12 trip rute setiap minggu. Namun, saat ini, hanya 2-3 kali trip per minggu. Total ada 1.500 jip wisata yang dinaungi AJWLM.Dardiri menduga, lesunya kunjungan wisatawan meski ada tambahan libur ini terkait kondisi ekonomi yang masih belum stabil. Selain itu, waktunya juga berdekatan dengan libur sekolah yang baru lewat pada Juni-Juli lalu.Dia mengungkapkan, dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kunjungan wisatawan pada Agustus memang sepi. Kondisi ini akan membaik pada September-Oktober. ”Di wilayah lain juga seperti itu. Trennya sama,” katanya.