TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pemulihan bisnis perhotelan di Jateng pada awal semester II 2025 dinilai belum menunjukkan perkembangan signifikan meski pemerintah telah memberikan kelonggaran untuk berkegiatan di hotel usai adanya kebijakan efisiensi anggaran. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Tengah, Heru Isnawan menyebut, permintaan memang cukup menurun. Apalagi, dari sisi Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions (MICE) yang diselenggarakan pemerintah. "Kita sudah tahu sendiri efisiensi 50 persen. Ternyata kan sisanya 50 persen pun kondisinya masih berat untuk di pemerintah. Sehingga, pembelanjaannya pun belum sampai dengan 50 persen yang ada," ujar Heru, saat PHRI Vaganza, di Semarang, Kamis (7/8/2025) malam. Hingga saat ini, dia mengakui, pemulihan sektor peehotelan belum signifikan hingga Agustus ini. Kendati demikian, pelaku usaha perhotelan di Jateng tetap diharapkan mampu bertahan dengan meningkatkan kreativitas dan menggelar berbagai acara. Salah satu upaya yang dilakukan PHRI adalah menggelar PHRI Vaganza yang menjadi bagian dari rangkaian Semarang Great Sale. Acara tersebut menampilkan berbagai kegiatan, termasuk skill competition, yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan SDM dan memacu semangat kompetisi di kalangan pelaku industri perhotelan. "Tujuan PHRI Vaganza ini sebenarnya untuk ikut mengisi kegiatan Semarang Great Sale, sekaligus mempromosikan pariwisata di Kota Semarang dan sekitarnya. Harapannya, momentum ini bisa membangkitkan semangat dan kemauan agar teman-teman di industri ini tetap bisa survive," kata Heru. Dia menambahkan, dukungan dari pemerintah daerah menjadi dorongan penting bagi pelaku industri perhotelan untuk bertahan di tengah situasi yang belum sepenuhnya membaik. Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jateng, Muhamad Masrofi mengakui, kondisi perhotelan saat ini memang cukup lesu karena adanya efisiensi. "Instruksi jelas sudah tidak ada pembatasan ke hotel, tapk kadung uangnya sudah dipotong," ujarnya, saat menghadiri PHRI Vaganza. Adapun data BPS Jateng menunjukan tingkat penghunian kamar (TPK) pada Juni 2025 sebesar 34,29 persen dimana TPK hotel bintang 45,83 persen dan nonbintang 23,92 persen. Pada Januari-Juni 2025, perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) tujuan Jateng mencapai 78,09 juta perjalanan. Jumlah ini turun 1,53 persen dibandingkan kumulatif periode yang sama pada tahun 2024. "Saat liburan sekolah meningkat 4,2 - 4,5 juta. Ada peningkatan secara signifikan kunjungan wisatawan di Jateng. Kalau kunjungan wisata meningkat, banyak hotel resto laku. Bgmna supaya wisatawna ingat kepada tempat-tempat wisata, harus ramah wisatawan, ramah kantong," ujar Masrofi. Sementara itu, Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin mengatakan, pemerintah terus akan memikirkan tentang pengembangan pariwisata di Kota Semarang. "Pariwisata di Kota Semarang adalah pariwisata yang bersifat aglomerasi. Kota itu enggak bisa berdiri sendiri untuk melayani wisatawan karena pariwisata adalah sebuah perjalanan antara kabupaten, antara provinsi sehingga kemudian aglomerasi ini harus kita jaga benar-benar," ujarnya. Menurut dia, selama ini Semarang sudah cukup banyak aktivitas yang digelar di Hotel. Hanya saja, ada beberapa anggaran yang sudah digeser dan tidak bisa dikembalikan lagi. "Kita tunggu lah di perubahan anggaran 2025," ucapnya. (eyf)