Ketua PHRI Sumenep, Atikatul Himmah (Dok. Ist). Jurnalis: Kabar Baru, Sumenep – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Cabang Sumenep, membenarkan tren penurunan kunjungan tamu hotel pada kuwartal I tahun 2025. Ketua PHRI Sumenep, Atikatul Himmah, mengatakan, menurunnya okupansi hotel tidak hanya terjadi di lokal. Namun, juga secara nasional. “Sebenarnya kalau ditarik secara umum, ini juga pengaruh dari ekonomi global, yang merembet ke daya beli masyarakat. Termasuk imbas kebijakan dalam negeri, seperti efisiensi anggaran,” ungkap Owner Cafe Satoe RockSteak itu, Jumat (13/6). Akibatnya, lesunya dunia perhotelan memengaruhi operasional internal perusahaan, yang berakibat terhadap pemutusan hubungan kerja (PHK). “Jadi, tak sedikit yang memutuskan lay-off, termasuk pengurangan karyawan. Intinya benar-benar drop,” tambahnya. Kendati begitu, kata Atika, pihaknya tidak kehabisan akal. Para pengusaha semakin solid untuk bersinergi memajukan ekosistem properti. “Kita harus menyatukan diri. Karena kita satu nasib bersama,” sambungnya. Diantaranya, lanjut perempuan traveller itu, PHRI mencoba berkolaborasi pada sejumlah kegiatan Kalender Event Pemerintah Daerah setempat. “Jadi, kita coba ambil salah satu acara di Kalender Event. Kami jadikan paket wisata. Kita disupport oleh Pemda. Lalu, salah satunya coba kita promosikan ke jaringan PHRI di berbagai daerah,” imbuhnya. Senada, Owner Hotel Garuda, Ismail Yusuf, juga tengah menggenjot kunjungan penginapannya dengan sejumlah penawaran dan kerja sama ke stakeholder lain. “Kita gak bisa bergantung dan menunggu. Kita harus bersatu. Biar ada solusi. Kita pilih event yg bersifat nasional. Harus sinergi dan kolaborasi. Karena pengusaha hotel butuh tenaga,” paparnya. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumenep mencatat, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) periode Januari-April 2025 terbilang terendah dalam tiga tahun terakhir. Penurunan Okupansi Kamar Berdasarkan catatan BPS Sumenep, TPK hotel pada 2025 tercatat sebagai berikut: – Januari: 15,29% – Februari: 14,94% – Maret: 11,97% – April: 17,38% Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yang mencapai: – Januari: 17,89% – Februari: 26,96% – Maret: 16,82% – April: 21,14% Sementara pada 2023, TPK sempat menunjukkan fluktuasi dengan angka: – Januari: 11,44% – Februari: 21,78% – Maret: 18,48% – April: 20,39% Pemicu Lesunya Perhotelan Kepala BPS Sumenep, Joko Santoso, mengatakan, kalapnya industri perhotelan dipengaruhi oleh melemahnya daya beli masyarakat. “Selain itu, efisiensi anggaran perjalanan dinas dan kegiatan meeting yang biasa dilakukan di Hotel juga turut menyumbang turunnya angka TPK 2025,” kata Joko dalam keterangannya. Secara praktis, angka TPK April 2025 menunjukkan, dari setiap 100 kamar yang tersedia, hanya sekitar 17-18 kamar yang terisi setiap malam. Rata-rata Lama Menginap Meski okupansi menurun, Rata-rata Lama Menginap Tamu (RLMT) tetap stabil, yakni sehari, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. “Data ini mengindikasikan bahwa mayoritas tamu hotel hanya menginap dalam waktu singkat,” tandasnya.