SEMARANG, iNews.id – Dunia perhotelan di Jawa Tengah (Jateng) terdampak berat efisiensi anggaran pemerintah. Selama ini mayoritas perhotelan di Jateng mengandalkan Meetings, Incentives, Conventions and Exhibition (MICE).Penasihat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jateng Benk Mintosih mengatakan, memang ada angin segar, ketika Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mulai membuka keran pemerintahan bisa berkegiatan di hotel. Baca Juga Trump dan Elon Musk Bertikai Sengit, Para Pegawai DOGE Khawatir akan Dipecat DOGE Dalam konteks ini, kata dia PHRI mendorong pemerintah bisa mengontrolnya dengan cara membuat MoU untuk menghindari kecurangan anggaran di lapangan.“Jateng ini 60 persennya MICE, enggak ada segmen lain. Nah, 80 persen dari MICE itu adalah pemerintah. Ini sebabnya yang membuat mereka (perhotelan) berat. Omzetnya MICE lebih besar dari tamu ketengan gitu,” kata Benk Mintosih kepada iNews, Selasa (10/6/2025) malam. Baca Juga Tren Okupansi Hotel di KBB Turun, Karyawan Terancam PHK Saat ini, kata dia Jateng sudah tidak ada pekerja harian hotel. Meskipun, lanjut dia tiap hotel variatif, misalnya karyawan masuk seminggu sekali bergantian. Pengurangan karyawan dinilai pilihan terakhir mengatasi persoalan saat ini. Salah satu upaya yang dilakukan misalnya dari hotel sudah mengurangi pemakaian AC. “Nanti ada libur panjang 25 Juni sampai 10 Juli, tapi ini hanya untuk sedikit menahan, mengulur nafas sedikit,” katanya.