Ketua Badan Pimpinan Daerah (BPD) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Riau, Nofrizal saat dijumpai di ruangan Fraksi PAN DPRD Pekanbaru. (Foto: afrila yobi/goriau.com)PEKANBARU – Stigma bahwa hotel selalu identik dengan kemewahan menjadi salah satu hambatan serius bagi industri perhotelan di Riau, terutama di tengah tekanan ekonomi yang kian berat. Ketua Badan Pimpinan Daerah (BPD) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Riau, Nofrizal, menyebut persepsi ini membuat masyarakat dan pemerintah kurang memahami realitas yang dihadapi pelaku usaha hotel."Kita harus luruskan dulu pemahaman, bahwa hotel tidak selalu mewah. Yang kami tawarkan adalah kenyamanan, bukan kemewahan," ujar Nofrizal dalam wawancara eksklusif bersama GoRiau, awal Juni 2025.Ia menjelaskan, anggapan bahwa hotel adalah tempat mahal dan mewah menjadikan masyarakat enggan menggunakan layanan hotel karena merasa tidak mampu menjangkaunya. Kondisi ini menyebabkan potensi penggunaan fasilitas hotel untuk berbagai acara tidak tergarap maksimal."Kalau stigma itu terus ada, maka tidak akan ada perubahan. Kita harus sampaikan bahwa hotel menawarkan kenyamanan, bukan kemewahan yang berlebihan," katanya.Menurut Nofrizal, biaya sewa gedung hotel untuk acara berkapasitas ratusan hingga seribu orang sebenarnya lebih efisien jika dibandingkan dengan menyewa ruang terbuka yang membutuhkan tambahan tenda, blower, sistem suara, dan dekorasi lainnya. Selain itu, beberapa hotel juga memberikan fleksibilitas seperti membolehkan tamu membawa makanan sendiri saat menyewa gedung, demi menekan biaya."Yang kami tawarkan adalah kenyamanan: fasilitas memadai, pelayanan ramah, dan lingkungan yang aman serta bersih. Ini yang membuat acara berjalan lancar dan tamu merasa betah," jelasnya.Ia berharap pemerintah memberikan dukungan nyata kepada industri perhotelan, tidak hanya melalui kebijakan, tetapi juga terobosan yang memudahkan kunjungan wisata dan kegiatan usaha hotel. "Kemudahan berkunjung, peningkatan keamanan, dan perbaikan infrastruktur menjadi kunci. Kami tidak berharap pemerintah menjadi penyelamat penuh, tapi setidaknya bisa menjadi penggerak awal yang memberi stimulus agar sektor swasta bisa bergerak," tambahnya.Nofrizal juga menekankan bahwa industri hotel berperan penting dalam menyediakan lapangan kerja, terutama bagi tenaga kerja terampil yang telah mengenyam pendidikan dan pelatihan. Namun saat permintaan menurun, banyak pekerja bersaing dengan tenaga non-ahli yang menerima upah rendah."Ini membuat keahlian mereka tergerus karena harus bersaing dengan yang tidak berkompeten hanya untuk bertahan hidup," ungkapnya.Kondisi ini berpotensi menurunkan kualitas layanan dan berdampak pada kesejahteraan pekerja serta pelaku usaha kecil yang terlibat dalam rantai pasok hotel.Ia mengakui pelaku usaha tidak bisa hanya mengandalkan tamu individu atau akhir pekan. Tanpa kegiatan yang menopang, inovasi sulit dijalankan."Jalan satu-satunya sekarang adalah bertahan dan memberikan fasilitas terbaik tanpa sampai gulung tikar," katanya.Hotel di Riau berusaha fleksibel dengan membolehkan tamu membawa makanan sendiri saat menyewa gedung, sebagai upaya menekan biaya. Menurutnya, menyewa gedung hotel lengkap dengan AC dan sound system bisa lebih murah dibandingkan menyewa tenda dan perlengkapan tambahan di luar.Industri perhotelan di Riau memang sedang menghadapi masa sulit. Namun, dengan meluruskan persepsi dan mendapatkan dukungan konkret dari pemerintah serta masyarakat, pelaku usaha optimistis bisa bertahan dan kembali bangkit demi menjaga keberlangsungan ekonomi di berbagai sektor yang saling berkaitan. ***