Wakil Ketua PHRI Samarinda Armunanto. (foto: Lisa) DETAKKaltim.Com, SAMARINDA: Efisiensi anggaran pemerintah yang masif sejak awal tahun 2025, mulai menunjukkan dampak serius bagi industri pariwisata nasional. Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Samarinda Armunanto mengingatkan, bahwa Kalimantan Timur, khususnya Samarinda, tidak kebal terhadap ancaman itu. “Industri hotel kita saat ini sedang dalam titik kritis. Okupansi turun tajam hingga 30 persen. Biaya tetap jalan terus, tapi pendapatan amblas. Kalau situasi ini terus dibiarkan, PHK besar-besaran bisa terjadi. Kami tidak ingin itu sampai ke Samarinda,” tegas Armunanto dalam Bincang-Bincang Pariwisata bersama Dispar Kaltim, di 29 Coffee & Eatery Jalan Kebahagiaan 1, Nomor 29, Sungai Pinang Dalam, Samarinda, Rabu (4/6/2025). Merujuk data nasional, ia mengungkapkan bahwa kerugian industri hotel secara nasional akibat efisiensi belanja negara mencapai Rp24,5 Trilyun, hingga pertengahan Februari 2025. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan bahkan Bali, ratusan pekerja hotel telah kehilangan pekerjaan. Beberapa hotel terpaksa dijual, sebagian lagi memilih merumahkan karyawan. “Ini bukan sekadar potensi, tapi sudah jadi gelombang yang menyapu industri di kota-kota besar. Samarinda harus belajar dari sana, jangan sampai terlambat mengantisipasi,” katanya. Baca Juga: Kadispar Kaltim Ungkap Efisiensi Anggaran Ancam Layanan Wisata Jaksa Tuntut 8 Terdakwa Kasus Pembunuhan Ramlan, Tangis Pecah di Ruang Sidang Dituntut 16 Tahun Penjara, Pimcab BRI Tenggarong Menangis Menurut Armunanto, penurunan tingkat hunian dari 80–90 persen menjadi 20–30 persen sangat memukul kemampuan operasional hotel di Samarinda. Fixed cost seperti listrik, air, hingga gaji karyawan tetap berjalan, sementara pemasukan terus merosot. Meski demikian, ia menekankan bahwa solusi tetap ada, yakni kolaborasi dan inovasi. Namun, ia mengkritik bahwa dua kata tersebut masih sering menjadi jargon tanpa implementasi konkret. “Kita sering bilang kolaborasi dan inovasi, tapi sebenarnya pertanyaannya adalah: kolaborasi seperti apa? Inovasi seperti apa? Itu yang harus segera dijawab secara nyata,” ujarnya. Armunanto juga mengingatkan pentingnya langkah preventif dari pemerintah daerah dan pelaku industry, untuk menjaga agar badai ini tidak merobohkan industri pariwisata Kaltim. Menurutnya, sekarang adalah waktu yang tepat untuk membuat terobosan nyata sebelum efek domino menyentuh fondasi ekonomi lokal. (DETAKKaltim.Com) Penulis: Ellysa Editor: Lukman Continue Reading