Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

PHRI Banten Sebut Dampak Efisiensi, Ekonomi Masyarakat Lesu Hingga Karyawan Hotel Banyak Dirumahkan

Laporan Wartawan TribunBanten.com, Muhammad Uqel TRIBUNBANTEN.COM, CILEGON - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Banten GS. Ashok Khumar mengatakan, sejumlah karyawan harian hotel di Banten di rumahkan imbas kebijakan efisiensi pemerintah. Tak cuma itu, kata Ashok, karyawan lain juga terpaksa di multifungsikan dalam pekerjaannya. "Jadi untuk yang dirumahkan itu khususnya karyawan harian, karyawan lain di multifungsikan berkarya bekerja," ujar GS. Ashok Khumar kepada TribunBanten.com, Sabtu, (26/4/2025). Baca juga: PHRI Ungkap Penyebab Turunnya Okupansi Hotel Selama Libur Lebaran 2025 di Kawasan Pantai Anyer Yang lebih ironi, kata Ashok, program training bagi siswa SMK dengan jurusan perhotelan itu tidak lagi dijalankan dampak dari efisiensi dan lesunya perekonomian masyarakat. "Yang paling ironi anak SMK, hotel kan melakukan efisiensi tenaga kerja dan mereka ada on the job training bagi anak SMK nah, impact nya haru dipikirkan setiap tahun kan anak SMK lulus nanti bagaimana mereka mau bekerja dari sektor pariwisata. Itu yang kita pikirkan," ucapnya. Ashok mengungkapkan, ada sebanyak 350 hotel yang tergabung dalam PHRI Provinsi Banten yang mengeluhkan efisiensi anggaran. Belum lagi, lanjut Ashok, hotel-hotel yang tidak terdaftar dalam PHRI yang mengeluh akibat berkurangnya okupansi. "Di Banten sendiri sampai hari ini belum ada hotel tutup, tapi ya kita masih tidak baik-baik saja," terangnya. Dikatakan Ashok, pihaknya tidak mengkritisi atau bukan tidak sepaham dengan kebijakan efisiensi yang dijalankan oleh pemerintah. Baca juga: Libur Lebaran 2025, PHRI Kabupaten Serang Sebut Okupansi Hotel Anjlok, Kurang dari 100 Persen Namun, kata Ashok, seharusnya tidak pemerintah memberikan ruang waktu bagi para pemilik hotel sebelum menerapkan efisiensi anggaran. "Misalnya Januari akan diberlakukan minimal 6 bulan sebelumnya sudah diberitahu, jadi kita di marketing plan jadi bagus kan sudah menyiapkan sehingga kita gak kaget," katanya. Dengan kondisi tak menentu ini, kata Ashok, pihaknya mesti melakukan inovasi untuk mengimbangi impact. "Kami melakukan inovasi supaya untuk mengimbangi impact nya seperti mereka tukang daging, buah, petani, nelayan, peternak kan mereka impact kan ada perputaran begitu juga UMKM," ujarnya. Ia berharap, agar kebijakan efisiensi dan lesunya kondisi perekonomian masyarakat dapat dicarikan solusi terbaik oleh pemerintah. "Mudah-mudahan pemerintah menjadikan satu karena kita lihat pariwisata itu paling cocok yang bisa mengentaskan kemiskinan. Semakin dikelola semakin baik. Minyak bumi habis, gas habis kalau pariwisata akan terus berkembang selama dikelola dengan baik," pungkasnya.