Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Okupansi Hotel di Balikpapan Tahun 2025 Anjlok, Diklaim Lebih Parah dari Masa Pandemi

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Tingkat keterisian hotel di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur tahun 2025 mengalami penurunan drastis dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi demikian terjadi meskipun ada libur panjang saat lebaran 2025 dan Jumat Agung.  Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Balikpapan, Sugianto, menyatakan okupansi hotel saat libur lebaran tahun ini hanya mencapai sekitar 70 persen, jauh di bawah angka tahun lalu yang menyentuh 90 persen. "Kalau libur panjang waktu Lebaran itu minim sekali. Untuk tiga hari itu, tanggal 31 Maret sampai 2 April, dibanding tahun lalu dari periode yang sama, ada penurunan," ujar Sugianto kepada TribunKaltim.co, Selasa (22/4/2025).  Baca juga: 3 Agenda Penting dalam Rapat Paripurna DPRD Balikpapan di Hotel Gran Senyiur Tak hanya itu, penurunan juga tercermin saat libur panjang Jumat Agung, di mana beberapa hotel di Balikpapan bahkan tidak menerima tamu sama sekali. Menurut Sugianto, kondisi ini sudah mulai terlihat sejak Januari 2025 dan terus memburuk hingga April. Ia menjelaskan, kondisi ini terjadi sejak Presiden RI ke-7, Joko Widodo, mengakhiri jabatannya. Dimana tidak ada lagi kegiatan besar yang mampu mendorong okupansi hotel. “Kondisi sekarang ini justru lebih parah dari zaman pandemi Covid. Dulu, hotel masih bisa diandalkan berfungsi sebagai asrama karantina,” ungkapnya. Ia menegaskan bahwa kelangsungan bisnis perhotelan sangat bergantung pada kebijakan pemerintah, terutama dalam membuka izin penyelenggaraan acara di hotel. Masalah ini, menurutnya, bukan hanya terjadi di Balikpapan, melainkan secara nasional.  "Di Bali pun setengah mati," pungkasnya.  Baca juga: Ini Pesan Khusus Nova Arianto untuk Timnas U-17 Indonesia saat Bertemu Afghanistan di Hotel Dalam menghadapi krisis ini, pelaku industri hotel di Balikpapan melakukan efisiensi besar-besaran. “Tetap memberikan pelayanan terbaik, tapi yang jelas (dampak) efisiensi. Karena tidak bisa seperti biasa,” tegasnya. (*)