Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Industri Hotel Indonesia Alami Penurunan Signifikan, Lebih Parah Dibanding Masa Pandemi

Kamar hotel ilustrasi foto JAKARTA –  Industri perhotelan di Indonesia tengah menghadapi tantangan berat, dengan tingkat okupansi dan pendapatan yang terus merosot. Bahkan, menurut Sekretaris Jenderal DPP Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA), Nawawi Halik, kondisi saat ini lebih buruk dibanding masa pandemi. Berdasarkan survei internal IHGMA di 24 provinsi terhadap 500 properti akomodasi (hotel, resor, dan vila), terjadi penurunan drastis okupansi kamar hotel pada awal 2025: Januari 2025: turun 15% (yoy) Februari 2025: turun 20% Maret 2025: anjlok hampir 29%. Selain itu, Average Daily Rate (ADR) atau harga rata-rata kamar juga turun 6% secara nasional. Padahal, Maret-Mei seharusnya menjadi peak season bagi pariwisata Indonesia, termasuk di destinasi utama seperti Bali. Penurunan pendapatan memaksa pelaku usaha melakukan efisiensi, termasuk merumahkan karyawan atau mengurangi jam kerja. Agus Basuki, Ketua PHRI Kota Malang, menyoroti kebijakan efisiensi anggaran pemerintah Prabowo Subianto yang turut berdampak pada sektor perhotelan dan restoran. “Jika tidak ada solusi konkret, banyak hotel yang gulung tikar. Dampaknya tidak hanya ekonomi, tapi juga sosial karena meningkatnya pengangguran,” ujar Agus. Meski lesu, industri hotel dan restoran di Malang masih menjadi penyumbang utama Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan kontribusi Rp200 miliar/tahun. Untuk mengatasi penurunan, PHRI bersama DPRD dan Pemkot Malang berencana meluncurkan program pariwisata baru guna menarik lebih banyak wisatawan. Analisis: Penurunan ini diduga dipicu oleh faktor makroekonomi global, daya beli masyarakat yang melemah, serta perubahan tren wisatawan pasca-pandemi. Dibutuhkan strategi kolaboratif antara pemerintah, asosiasi, dan pelaku usaha untuk memulihkan industri ini. Sumber: Investor Daily Talk (18/4/2025), Survei IHGMA, dan PHRI Malang