Samarinda (ANTARA) - Kebijakan efisiensi anggaran yang diprogramkan oleh pemerintah dinilai belum menunjukkan dampak signifikan terhadap tingkat hunian hotel di Kota Samarinda hingga awal April 2025, demikian disampaikan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Samarinda. "Fluktuasi tingkat hunian hotel merupakan siklus tahunan yang lazim terjadi," demikian Ketua Badan Pimpinan Cabang (BPC) PHRI Samarinda Leny Marlina di Samarinda, Minggu.Menurutnya, periode awal tahun, yakni Januari hingga Mei, merupakan masa sepi (low season) bagi industri perhotelan di Kota Tepian. Leny menuturkan pada periode low season, kamar-kamar hotel di Samarinda lebih banyak diisi oleh wisatawan domestik, terutama dari kota/kabupaten sekitar seperti Bontang, Kutai Kartanegara (Kukar), hingga Kutai Timur yang berkunjung untuk berlibur.Namun, PHRI Samarinda pihaknya belum dapat menyimpulkan apakah kebijakan efisiensi anggaran pemerintah, baik pusat dan daerah, akan berdampak pada industri perhotelan pada masa satu tahun. Kegiatan-kegiatan instansi pemerintah, lanjut Lenny, seringkali mulai ramai pada triwulan kedua dan mencapai puncaknya pada Agustus hingga Desember.Leny mengakui kegiatan-kegiatan pemerintah memberikan kontribusi terhadap pendapatan hotel di Samarinda. Sehingga jika terjadi pengurangan anggaran yang berimbas pada kegiatan pemerintah minim di hotel, potensi penurunan pendapatan tidak dapat dihindari.Menyikapi kekhawatiran tersebut, PHRI Samarinda belum menerima keluhan terkait dampak efisiensi anggaran pemerintah dari para anggota, termasuk informasi mengenai pengurangan karyawan atau bahkan pemutusan hubungan kerja di sektor jasa perhotelan Samarinda akibat kebijakan tersebut.Leny menambahkan kebutuhan kamar hotel di Samarinda masih cukup tinggi, terutama pada saat masa ramai (high season). Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dalam dua tahun terakhir turut memberikan dampak positif yang signifikan terhadap tingkat hunian hotel di Samarinda.Mengenai potensi dampak efisiensi anggaran di tengah geliat ekonomi akibat IKN, Leny menilai bahwa tingkat hunian kamar hotel Samarinda masih tergolong aman. Kota Samarinda memiliki pasar dan konsumen yang tidak hanya bergantung pada kegiatan pemerintahan."Selain agenda kedinasan, aktivitas bisnis juga menjadi faktor penting yang mendorong tingkat hunian hotel di Samarinda," kata Leny.