Ilustrasi hotelIndustri perhotelan di Kota Bekasi mengalami tekanan berat pada awal tahun 2025. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bekasi menunjukkan bahwa Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel mengalami penurunan secara tahunan selama dua bulan pertama tahun ini.Pada Januari 2025, TPK gabungan hotel hanya mencapai 44,64%. Hotel bintang mencatatkan angka 46,98%, sedangkan hotel non-bintang lebih rendah di angka 34,97%.Jika dibandingkan dengan Desember 2024, terjadi penurunan tajam sebesar 13,56 poin pada hotel bintang. Sementara itu, secara tahunan, TPK turun 1,57 poin dibanding Januari 2024.Masuk bulan Februari 2025, tingkat hunian membaik tipis menjadi 46,72%, dengan rincian hotel bintang 49,75% dan non-bintang 33,98%.Namun, bila dibandingkan Februari tahun lalu, okupansi hotel bintang masih mengalami penurunan signifikan sebesar 5,67 poin.“Secara bulanan memang ada kenaikan, tetapi secara tahunan tetap terjadi penurunan,” kata Kepala BPS Kota Bekasi, Ari Setiadi Gunawan.Tren Dinamis Antar Kategori HotelHotel bintang dua menjadi penyumbang okupansi tertinggi dua bulan berturut-turut, yakni 63,92% di Januari dan 67,11% di Februari.Sementara itu hotel bintang tiga mengalami penurunan tajam hingga 30,16 poin pada Januari.Hotel bintang lima justru mencatat lonjakan okupansi sebesar 36,25 poin di Februari.Hotel bintang satu mencatat tingkat hunian terendah, dari 29,77% di Januari menjadi 26,32% di Februari.Mayoritas tamu hotel masih didominasi oleh wisatawan domestik, yakni sebesar 97,57%, sedangkan wisatawan asing hanya 2,43%.Rata-rata lama menginap pun tidak banyak berubah, yakni 1,49 hari di Januari dan 1,54 hari di Februari.Lebaran Tidak Dongkrak HunianMomen Lebaran 2025 yang biasanya menguntungkan industri perhotelan, ternyata justru sepi peminat.Menurut Sekretaris PHRI Kota Bekasi, Wahyudi Yuka, sebagian besar hotel anggotanya mencatat tingkat hunian di bawah 50%.“Memang ada satu-dua hotel yang mencapai 70%, tapi mayoritas bahkan kesulitan menembus 50%,” ungkapnya.Faktor-faktor yang menyebabkan kelesuan tersebut antara lain banyak warga memilih mudik atau berlibur ke luar kota, kebijakan efisiensi anggaran instansi pemerintah ingga larangan kegiatan studi tur dari sekolah-sekolah.“Banyak pemesanan hotel dari sekolah dan instansi yang dibatalkan, termasuk dari luar daerah,” kata Yuka.Upaya Pemulihan oleh PHRI dan DisparbudMenyikapi kondisi ini, PHRI Kota Bekasi bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) tengah menyusun strategi pemulihan sektor perhotelan.Beberapa langkah yang dirancang antara lain menggelar event kolaboratif antarhotel dan menjalin kerja sama dengan PHRI Kabupaten Bekasi untuk mengembangkan wisata industri.“Program ini sedang dalam tahap perumusan. Harapannya bisa membangkitkan kembali pariwisata di Kota Bekasi,” jelas Yuka.PHRI juga sedang mengumpulkan data okupansi dan omzet hotel sebagai bahan presentasi kepada pemerintah daerah.Dalam waktu dekat, PHRI Jawa Barat akan bertemu Gubernur Dedi Mulyadi untuk menyampaikan kondisi terkini sektor perhotelan di berbagai daerah.“Kami ingin suara pelaku usaha hotel didengar dalam perumusan kebijakan yang berdampak langsung pada industri ini,” tambahnya.Meski belum ada laporan resmi mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sektor hotel, PHRI menyatakan kekhawatirannya. Bila kondisi ini terus berlanjut, PHK massal bisa menjadi ancaman nyata.Ikuti Kami di GOOGLE NEWSSimak berita seputar Bekasi di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gobekasi.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VarakafA2pLDBBYbP32t. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.