Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Usai PHRI Koar-koar Rugi Besar Imbas Larangan Study Tour, Dedi Mulyadi Balas dengan Jawaban Menohok

SURYA.co.id - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi membantah pernyataan PHRI yang menyebut sektor perhotelan rugi besar gara-gara larangan study tour. Menurut Dedi Mulyadi, yang sering menginap di hotel adalah kalangan menengah ke atas. Sedangkan kebijakannya melarang study tour adalah untuk menyelamatkan perkonomian masyarakat menengah ke bawah. Diketahui, Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang melarang kegiatan study tour sekolah menuai reaksi dari pelaku industri perhotelan. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat menilai larangan tersebut berdampak langsung pada tingkat okupansi hotel yang kini tengah menurun. Baca juga: Rugi Besar Gegara Larangan Study Tour Dedi Mulyadi, Perhimpunan Hotel di Jabar Beri Saran Menarik Namun, Dedi menegaskan bahwa kebijakan tersebut dibuat demi meringankan beban finansial orangtua dan menjaga keselamatan siswa. Ia menilai, penurunan okupansi hotel tidak ada kaitannya langsung dengan larangan study tour. Menurut Dedi, kebijakan larangan study tour dilandasi dua alasan utama: beban ekonomi keluarga dan aspek keselamatan siswa. Ia mengungkapkan bahwa banyak orangtua siswa yang terpaksa berutang demi membiayai kegiatan study tour anak-anak mereka. “Banyak orang tua yang terpaksa pinjem ke bank emok, ke bank keliling, jual aset dan kemudian pinjem ke tempat-tempat lain yang menimbulkan beban ekonomi bagi kehidupannya,” ujar Dedi dalam rekaman video yang diterima Kompas.com, Jumat (4/4/2025). Selain itu, ia menambahkan, pelaksanaan study tour belakangan ini lebih sering dimaknai sebagai kegiatan wisata daripada pembelajaran. “Nah pertanyaannya adalah ketika study tour dimaknai sebagai nginap di hotel artinya sudah diakui bukan study tour tapi pariwisata atau piknik,” ucapnya. Selain itu, Dedi Mulyadi juga mengatakan bahwa fungsi hotel pada dasarnya adalah sebagai tempat singgah sementara bagi berbagai kebutuhan, tidak semata-mata untuk kegiatan pelajar.  “Ada orang yang memiliki kebutuhan untuk nginap di hotel, untuk liburan, kemudian kepentingan pekerjaan dan kepentingan-kepentingan lainnya yang kita enggak bisa sebutkan semua orang sudah ngerti,” ujarnya.