Stepanie Putri, Director Sales Gumaya Tower Hotel Semarang, saat diwawancarai awak media, baru-baru ini. HALO SEMARANG – Dampak efisiensi atau pemotongan anggaran oleh pemerintah kepada seluruh kementerian, lembaga dan badan negara membuat suasana bisnis perhotelan terasa lesu. Tak terkecuali di Semarang, trend untuk okupansi hotel saat ini memang cenderung turun, dan akan kembali naik menjelang hari besar keagamaaan di bulan ketiga, dan bulan-bulan berikutnya. Sama halnya dengan kegiatan-kegiatan rapat, pelatihan, maupun seminar dari kementerian yang biasanya berkegiatan di hotel juga ikut berkurang. “Isu efisiensi anggaran ikut berpengaruh banyak dan terasa dari tingkat keterisian hotel di awal-awal tahun ini, semoga kondisi ini tidak berlangsung lama dan pemerintah bisa membuat bisnis hotel membaik,” ungkap Stepanie Putri, Director of Sales Gumaya Tower Hotel Semarang, Senin (3/3/2025). Namun, jika kondisi berat ini tak dipikirkan, akan berimbas kepada ekonomi masyarakat, dan nantinya berdampak pula kepada pegawai kontrak yang akan dirumahkan. “Ini menjadi kekhawatiran kita bersama, karena disisi lain perusahaan ingin tetap beroperasi dan karyawan bisa bekerja dengan nyaman,” katanya. Sebelumnya, menurut data dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), sektor jasa perhotelan selama ini ditopang dari kegiatan yang dilakukan oleh kementerian dan instansi pemerintah sebesar 40 persen. Kondisi sama juga terjadi di Mahima Hotel Semarang pasca diterbitkannya Inpres Nomor 1 Tahun 2025 terkait efisiensi anggaran. Dimana kegiatan rapat masih berasal dari corporate dan komunitas, dan nihil kegiatan goverment. “Biasanya, pemesanan tempat untuk rapat, maupun kegiatan diklat sudah ada mulai dari sekarang, sampai akhir Idul Fitri nanti. Namun, sampai saat ini memang belum ada yang booking untuk kegiatan ataupun seminar yang dari instansi pemerintahan,” terang Lia Retno S, General Manager Mahima Hotel Semarang. (HS-06)